PEMBENTUKAN KATA
Untuk sanggup dipakai dalam kalimat atau pertuturan tertentu, maka setiap bentuk dasar, terutama dalam bahasa fleksi dan aglutunasi, harus dibuat lebih dahulu menjadi sebuah kata gramatikal, baik melalui proses afiksasi, proses reduplikasi, maupun proses komposisi. Pembentukan kata ini mempunyai dua sifat, yaitu:
Inflektif yaitu Alat yang dipakai untuk pembiasaan bentuk itu biasanya berupa afiks, yang mungkin berupa prefiks, infiks, dan sufiks atau juga berupa modifikasi internal, yakni perubahan yang terjadi di dalam bentuk dasar itu.Derivatif, Pembentukan kata secara infektif, tidak membentuk kata baru, atau kata lain yang berbeda identitas leksikalnya dengan bentuk dasarnya. Hal ini berbeda dengan pembentukan kata secara derivatif atau derivasional. Pembentukan kata secara derivatif membentuk kata baru, kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan kata.
Berikut ini beberapa proses pembentukan kata, yaitu :
1. Gramatikalisasi
Proses gramatikalisasi yakni proses perubahan tataran dari morfem ke kata, yang dalam tataran sintaksis merupakan perubahan tataran pertama. Tidak semua morfem dengan sendirinya sanggup pribadi bermetamorfosis kata. Seperti morfem ber-, ter-, ke-, dan sejenisnya yang tergolong morfem terikat tidak sanggup pribadi menjadi kata. Seperti halnya juang tidak sanggup pribadi menjadi kata karena juang termasuk morfem terikat. Sedangkan rumah dapat pribadi menjadi kata alasannya yakni sanggup berdiri sendiri dan bermakna.
2. Afiks (imbuhan)
Satuan terikat (seperangkat abjad tertentu) yang apabila di tambahkan pada kata dasar akan mengubah makna dan membentuk kata baru. Afiks tidak sanggup berdiri sendiri dan harus menempel pada satuan lain ibarat kata dasar. istilah afiks termasuk, prefiks, sufiks, dan konfiks.
a. Prefiks (awalan)
Afiks (imbuhan) yang menempel di depan kata dasar untuk membentuk kata gres dengan arti yang berbeda.
b. Sufiks (akhiran)
Afiks yang menempel di belakang kata dasar untuk membentuk kata gres dengan arti yang berbeda.Contoh; Gilang –em- = gemilang
c. Konfiks (sirkumfiks / simulfiks)
Konfiks yang terdiri dari dua unsur, satu di muka bentuk dasar dan satu di belakang bentuk dasar, dan berfungsi sebagai satu morfem terbagi. Konfiks yakni satu afiks dengan satu makna gramatikal, sedangkan kombinasi afiks bukanlah satu afiks, dan kemungkinan dengan beberapa makna gramatikal.
1. Gramatikalisasi
Proses gramatikalisasi yakni proses perubahan tataran dari morfem ke kata, yang dalam tataran sintaksis merupakan perubahan tataran pertama. Tidak semua morfem dengan sendirinya sanggup pribadi bermetamorfosis kata. Seperti morfem ber-, ter-, ke-, dan sejenisnya yang tergolong morfem terikat tidak sanggup pribadi menjadi kata. Seperti halnya juang tidak sanggup pribadi menjadi kata karena juang termasuk morfem terikat. Sedangkan rumah dapat pribadi menjadi kata alasannya yakni sanggup berdiri sendiri dan bermakna.
2. Afiks (imbuhan)
Satuan terikat (seperangkat abjad tertentu) yang apabila di tambahkan pada kata dasar akan mengubah makna dan membentuk kata baru. Afiks tidak sanggup berdiri sendiri dan harus menempel pada satuan lain ibarat kata dasar. istilah afiks termasuk, prefiks, sufiks, dan konfiks.
a. Prefiks (awalan)
Afiks (imbuhan) yang menempel di depan kata dasar untuk membentuk kata gres dengan arti yang berbeda.
b. Sufiks (akhiran)
Afiks yang menempel di belakang kata dasar untuk membentuk kata gres dengan arti yang berbeda.Contoh; Gilang –em- = gemilang
c. Konfiks (sirkumfiks / simulfiks)
Konfiks yang terdiri dari dua unsur, satu di muka bentuk dasar dan satu di belakang bentuk dasar, dan berfungsi sebagai satu morfem terbagi. Konfiks yakni satu afiks dengan satu makna gramatikal, sedangkan kombinasi afiks bukanlah satu afiks, dan kemungkinan dengan beberapa makna gramatikal.
Dalam bahasa Indonesia setidak-tidaknya ada empat konfiks yaitu: ke-…-ar, pen-…-an, per-…-an, dan ber-…-an.
Contoh: keadaan, pengiriman, persahabatan, bertolongan.
d. Kombinasi Afiks
Kombinasi afiks yakni pembentukan kata berupa pertolongan afiks. Secara kombinasi dari dua afiks atau lebih yang dihubungkan dengan sebuah bentuk dasar. Dalam bahasa Indonesia misalnya dikenal beberapa kombinasi afiks: me-kan, me-i, memper-kan, memper-i, ber-kan, pe-an, dan se-nya.
3. Reduplikasi
Reduplikasi yakni proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi, ibarat meja-meja (dari dasar meja), reduplikasi sebagian ibarat lelaki (dari dasar laki), dan reduplikasi dengan perubahan bunyi, ibarat bolak-balik (dari dasar balik). Reduplikasi semu, ibarat mondar-mandir, yaitu sejenis bentuk kata yang sepertinya sebagai hasil reduplikasi, tetapi tidak terang bentuk dasarnya yang diulang.
Proses reduplikasi sanggup bersifat paradigmatis (infleksional) dan sanggup pula bersifat derivasional. Reduplikasi yang paradigmatic tidak mengubah identitas leksikal, melainkan hanya memberi makna gramatikal. Misalnya, meja-meja berarti “banyak meja” dan kecil-kecil yang berarti “banyak yang kecil”. Yang bersifat derivasional membentuk kata gres atau kata yang identitas leksikalnya berbeda dengan bentuk dasarnya. Dalam bahasa Indonesia bentuk laba-laba dari dasar keuntungan dan akal-akalan dari dasar pura.
Contoh: keadaan, pengiriman, persahabatan, bertolongan.
d. Kombinasi Afiks
Kombinasi afiks yakni pembentukan kata berupa pertolongan afiks. Secara kombinasi dari dua afiks atau lebih yang dihubungkan dengan sebuah bentuk dasar. Dalam bahasa Indonesia misalnya dikenal beberapa kombinasi afiks: me-kan, me-i, memper-kan, memper-i, ber-kan, pe-an, dan se-nya.
3. Reduplikasi
Reduplikasi yakni proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi, ibarat meja-meja (dari dasar meja), reduplikasi sebagian ibarat lelaki (dari dasar laki), dan reduplikasi dengan perubahan bunyi, ibarat bolak-balik (dari dasar balik). Reduplikasi semu, ibarat mondar-mandir, yaitu sejenis bentuk kata yang sepertinya sebagai hasil reduplikasi, tetapi tidak terang bentuk dasarnya yang diulang.
Proses reduplikasi sanggup bersifat paradigmatis (infleksional) dan sanggup pula bersifat derivasional. Reduplikasi yang paradigmatic tidak mengubah identitas leksikal, melainkan hanya memberi makna gramatikal. Misalnya, meja-meja berarti “banyak meja” dan kecil-kecil yang berarti “banyak yang kecil”. Yang bersifat derivasional membentuk kata gres atau kata yang identitas leksikalnya berbeda dengan bentuk dasarnya. Dalam bahasa Indonesia bentuk laba-laba dari dasar keuntungan dan akal-akalan dari dasar pura.
Khusus mengenai reduplikasi dalam bahasa Indonesia ada beberapa catatan yang perlu dikemukakan, yakni:
Pertama, bentuk dasar reduplikasi dalam bahasa Indonesia sanggup berupa morfem dasar ibarat meja yang menjadi meja-meja, bentuk berimbuhan ibarat pembangunan yang menjadi pembangunan-pembangunan, dan sanggup juga berupa bentuk adonan kata ibarat surat kabar yang menjadi surat-surat kabar atau surat kabar-surat kabar.
Kedua, bentuk reduplikasi yang disertai afiks prosesnya mungkin; Proses reduplikasi dan proses afiksasi itu terjadi bersamaan ibarat pada bentuk berton-ton dan bermeter-meter.
Pertama, bentuk dasar reduplikasi dalam bahasa Indonesia sanggup berupa morfem dasar ibarat meja yang menjadi meja-meja, bentuk berimbuhan ibarat pembangunan yang menjadi pembangunan-pembangunan, dan sanggup juga berupa bentuk adonan kata ibarat surat kabar yang menjadi surat-surat kabar atau surat kabar-surat kabar.
Kedua, bentuk reduplikasi yang disertai afiks prosesnya mungkin; Proses reduplikasi dan proses afiksasi itu terjadi bersamaan ibarat pada bentuk berton-ton dan bermeter-meter.
Proses reduplikasi terjadi lebih dahulu, gres disusul oleh proses afiksasi, ibarat pada berlari-lari dan mengingat-ingat (dasarnya lari-lari dan ingat-ingat). proses afiksasi terjadi lebih dahulu, gres kemudian diikuti oleh proses reduplikasi, ibarat pada kesatuan-kesatuan dan memukul-memukul (dasarnya kesatuan dan memukul).
Ketiga, pada dasar yang berupa adonan kata, proses reduplikasi mungkin harus berupa reduplikasi penuh, tetapi mungkin juga hanya berupa reduplikasi parsial. Misalnya, ayam itik-ayam itik dan sawah ladang-sawah ladang (dasarnya ayam itik dan sawah ladang) pola yang reduplikasi penuh, dan surat-surat kabar serta rumah-rumah sakit (dasarnya surat kabar dan rumah sakit) pola untuk reduplikasi persial.
Keempat, banyak orang menyangka bahwa reduplikasi dalam bahasa Indonesia hanya bersifat paradigmatis dan hanya memberi makna jamak atau kevariasian. Namun, bekerjsama reduplikasi dalam bahasa Indonesia juga bersifat derivasional. Oleh alasannya yakni itu, munculnya bentuk-bentuk ibarat mereka-mereka, kita-kita, kamu-kamu, dan dia-dia tidak sanggup dianggap menyalahi kaidah bahasa Indonesia.
Kelima, ada pakar yang menambahkan adanya reduplikasi semantis, yakni dua buah kata yang maknanya bersinonim membentuk satu kesatuan gramatikal. Misalnya, ilmu pengetahuan, hancur, luluh, dan alim ulama.
Ketiga, pada dasar yang berupa adonan kata, proses reduplikasi mungkin harus berupa reduplikasi penuh, tetapi mungkin juga hanya berupa reduplikasi parsial. Misalnya, ayam itik-ayam itik dan sawah ladang-sawah ladang (dasarnya ayam itik dan sawah ladang) pola yang reduplikasi penuh, dan surat-surat kabar serta rumah-rumah sakit (dasarnya surat kabar dan rumah sakit) pola untuk reduplikasi persial.
Keempat, banyak orang menyangka bahwa reduplikasi dalam bahasa Indonesia hanya bersifat paradigmatis dan hanya memberi makna jamak atau kevariasian. Namun, bekerjsama reduplikasi dalam bahasa Indonesia juga bersifat derivasional. Oleh alasannya yakni itu, munculnya bentuk-bentuk ibarat mereka-mereka, kita-kita, kamu-kamu, dan dia-dia tidak sanggup dianggap menyalahi kaidah bahasa Indonesia.
Kelima, ada pakar yang menambahkan adanya reduplikasi semantis, yakni dua buah kata yang maknanya bersinonim membentuk satu kesatuan gramatikal. Misalnya, ilmu pengetahuan, hancur, luluh, dan alim ulama.
Keenam, dalam bahasa Indonesia ada bentuk-bentuk ibarat kering kerontang, renta renta, dan segar bugar di satu pihak; pada pihak lain ada bentuk-bentuk ibarat mondar-mandir, tunggang-langgang, dan komat-kamit, yang wujud bentuknya perlu dipersoalkan.
4. Komposisi
Komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang mempunyai identitas leksikal yang berbeda atau yang baru.
Dalam bahasa Indonesia proses komposisi ini sangat produktif. Hal ini sanggup dipahami, alasannya yakni dalam perkembangannya bahasa Indonesia banyak sekali memerlukan kosakata untuk menampung konsep-konsep yang belum ada kosakatanya atau istilahnya dalam bahasa Indonesia. Produktifnya proses komposisi itu dalam bahasa Indonesia menumbulkan banyak sekali dilema dan banyak sekali pendapat alasannya yakni komposisi itu mempunyai jenis dan makna yang berbeda-beda. Masalah-masalah itu antara lain dilema kata majemuk.
4. Komposisi
Komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang mempunyai identitas leksikal yang berbeda atau yang baru.
Dalam bahasa Indonesia proses komposisi ini sangat produktif. Hal ini sanggup dipahami, alasannya yakni dalam perkembangannya bahasa Indonesia banyak sekali memerlukan kosakata untuk menampung konsep-konsep yang belum ada kosakatanya atau istilahnya dalam bahasa Indonesia. Produktifnya proses komposisi itu dalam bahasa Indonesia menumbulkan banyak sekali dilema dan banyak sekali pendapat alasannya yakni komposisi itu mempunyai jenis dan makna yang berbeda-beda. Masalah-masalah itu antara lain dilema kata majemuk.
Prinsip ringkas penulisan kata adonan adalah:
a. Ditulis terpisah antar unsurnya. Contoh: darah daging.
b. Boleh diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian dan menghindari salah pengertian. Contoh: orang-tua muda.
c. Ditulis terpisah bila hanya diberi awalan atau akhiran. Contoh: berterima kasih.
d. Ditulis serangkai bila sekaligus diberi awalan dan akhiran. Contoh: menyebarluaskan.
e. Ditulis serangkai untuk beberapa usang yang telah ditentukan. Contohnya: manakala, kilometer.
5. Konversi dan Modifikasi Internal
Konversi, sering juga disebut derivasi zero, transmutasi dan transposisi, yakni proses pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata lain tanpa perubahan unsur segmental.
Modifikasi internal (sering disebut juga penambahan internal atau perubahan internal) yakni proses pembentukan kata dengan penambahan unsur-unsur (yang biasanya berupa vokal) ke dalam morfem yang berkerangka tetap
Contoh: 'dia pria menulis'
'sudah ditulis’
6. Pemendekan
Pemendekan adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem atau adonan leksem sehingga menjadi sebuah bentuk singkat tetapi maknanya tetap sama dengan makna bentuk utuhnya. Hasil proses pemendekan ini kita sebut kependekan. Misalnya, bentuk lab (utuhnya laboratorium), hlm (utuhnya halaman), l (utuhnya liter), hankam (utuhnya pertahanan dan keamanan), dan SD (utuhnya Sekolah Dasar)
.
PEMBENTUKAN KATA
Sumber http://www.rijal09.com