Mungkin tidak banyak dari kita yang mempunyai kegemaran menulis. Tetapi harus disadari suka tidak suka, mau tidak mau, ada kondisi yang mengharuskan Mahasiswa untuk menulis. Untuk Mahasiswa Teknik Informatika mungkin tidak ajaib dengan menulis karya ilmiah, Kuliah Kerja Praktek (KKP) dan Tugas Akhir (TA). Ya, KKP dan TA seakan menjadi kiprah yang menakutkan. 1 Semester (4 bulan) ialah waktu yang sedikit untuk menuntaskan karya ilmiah. Karena kita perlu membagi waktu untuk menciptakan rancangan, menciptakan aktivitas dan menulis laporan berupa karya ilmiah. Sehingga berdasarkan Saya penting bagi Mahasiswa menyiapkan diri semenjak awal perkuliahan.
Bagi Mahasiswa yang sudah terbiasa menulis program, menulis karya ilmiah bukanlah sesuatu yang sederhana. Hal itu yang Saya rasakan juga beberapa tahun kebelakang. Saat menulis aktivitas Saya sanggup dengan gampang mencari tutorial, menciptakan program, execute dan mendapat balasannya "sukses atau error". Tetapi untuk menulis karya ilmiah, semenjak awal Saya tidak mengerti apa yang harus Saya ketik, "apakah sudah benar atau salah ?", dan lain sebagainya. Tetapi itulah tujuan belajar, berubah dari yang awalnya tidak sanggup menjadi sanggup membutuhkan proses. Terpenting ialah bagaimana proses kita melakukannya, "dengan berusaha maksimal atau belum ?", "dengan hasil mencar ilmu atau mencontek ?" dan lain sebagainya. Berdasarkan hal tersebut Saya memberikan goresan pena ini sebagai masukan untuk teman-teman Mahasiswa.
Bagi Mahasiswa yang sudah terbiasa menulis program, menulis karya ilmiah bukanlah sesuatu yang sederhana. Hal itu yang Saya rasakan juga beberapa tahun kebelakang. Saat menulis aktivitas Saya sanggup dengan gampang mencari tutorial, menciptakan program, execute dan mendapat balasannya "sukses atau error". Tetapi untuk menulis karya ilmiah, semenjak awal Saya tidak mengerti apa yang harus Saya ketik, "apakah sudah benar atau salah ?", dan lain sebagainya. Tetapi itulah tujuan belajar, berubah dari yang awalnya tidak sanggup menjadi sanggup membutuhkan proses. Terpenting ialah bagaimana proses kita melakukannya, "dengan berusaha maksimal atau belum ?", "dengan hasil mencar ilmu atau mencontek ?" dan lain sebagainya. Berdasarkan hal tersebut Saya memberikan goresan pena ini sebagai masukan untuk teman-teman Mahasiswa.
Berikut 3 langkah dalam menulis karya ilmiah.
Foto: Istimewah |
1. Kuasai 1 Topik
ATM (Amati, Tiru, Modifikasi) ialah metodologi yang paling sempurna dalam belajar. Pada langkah 1 kita akan melaksanakan proses amati. Sejak awal perkuliahan kita akan berbagai mendapat pelajaran, kriptografi, steganografi, artificial intelligence, image processing dan lain-lain. Tetapi untuk menulis karya ilmiah kita hanya perlu satu topik bahasan. Mulailah dengan menentukan 1 topik yang kita senangi. Pelajari dan kuasai topik tersebut secara sanggup bangun diatas kaki sendiri dan lakukan diskusi dengan teman. Karena kita tidak sanggup berharap banyak dari 15 kali tatap muka di kelas. Untuk menulis 1 halaman karya ilmiah setidaknya kita membutuhkan 10 karya ilmiah terdahulu. Jangan sungkan untuk bertanya kepada dosen dan menemuinya di luar kelas terkait topik bahasan yang diambil.
Kembali ke konten ↑
2. Tulis Ulang Bukan Copy-Paste
Bagi Saya langkah ke-2 ini ialah proses yang terdengar sepele tetapi sangat penting. Karena pada tahap ini kita melaksanakan proses tiru dan modifikasi dari karya ilmiah penelitian orang lain. Sangat Saya tekankan dalam menulis jangan pernah melaksanakan “copy-paste” tapi lakukan “tulis ulang”. Beberapa sobat berkomentar “apa bedanya ??? kan sama-sama juga hasilnya, malah copy-paste lebih cepat kan ?”. Perlu disadari Copy-paste merupakan salah satu teladan sikap generasi digital native tetapi berdasarkan saya sangat tidak baik untuk dilakukan dalam menulis karya ilmiah.
Saya akan berikan alasan berdasarkan teladan kasus. Sebelumnya kita perlu memahami proses yang terjadi. Saat melaksanakan “copy-paste” proses yang terjadi ialah sorot goresan pena yang ingin dikutip -> copy -> kembali ke lembar kerja -> paste -> sesuaikan -> selesai. Saat melaksanakan “tulis ulang” proses yang terjadi ialah baca goresan pena yang ingin kutip -> kembali ke lembar kerja -> ingat goresan pena yang dibaca -> sesuaikan -> tulis ulang. Ya, “copy-paste” tidak ada proses mengingat. Ini yang mengakibatkan "copy-paste" menciptakan kita tidak berkembang dalam menulis.
Dimisalkan kalimat yang akan dikutip ialah “Penelitian ini dilakukan dengan metode xyz”. Karena kebetulan penelitian kita memakai metode yang sama, ketika melaksanakan “copy-paste” kita akan mengutip kalimat itu secara penuh. Maka yang tertulis di lembar kerja kita ialah “Penelitian ini dilakukan dengan metode xyz”. Tetapi sanggup berbeda ketika melaksanakan “tulis ulang” sebab ada proses mengingat, kata tersebut sanggup saja berubah tetapi dengan makna yang sama, contohnya menjadi “Penelitian ini dilakukan memakai metode xyz”. Perubahan kata “dengan” menjadi “menggunakan” ialah hasil dari pemikiran yang kita lakukan. Sehingga bertahap kita terbiasa untuk menulis bukan "copy-paste".
Saya akan berikan alasan berdasarkan teladan kasus. Sebelumnya kita perlu memahami proses yang terjadi. Saat melaksanakan “copy-paste” proses yang terjadi ialah sorot goresan pena yang ingin dikutip -> copy -> kembali ke lembar kerja -> paste -> sesuaikan -> selesai. Saat melaksanakan “tulis ulang” proses yang terjadi ialah baca goresan pena yang ingin kutip -> kembali ke lembar kerja -> ingat goresan pena yang dibaca -> sesuaikan -> tulis ulang. Ya, “copy-paste” tidak ada proses mengingat. Ini yang mengakibatkan "copy-paste" menciptakan kita tidak berkembang dalam menulis.
Dimisalkan kalimat yang akan dikutip ialah “Penelitian ini dilakukan dengan metode xyz”. Karena kebetulan penelitian kita memakai metode yang sama, ketika melaksanakan “copy-paste” kita akan mengutip kalimat itu secara penuh. Maka yang tertulis di lembar kerja kita ialah “Penelitian ini dilakukan dengan metode xyz”. Tetapi sanggup berbeda ketika melaksanakan “tulis ulang” sebab ada proses mengingat, kata tersebut sanggup saja berubah tetapi dengan makna yang sama, contohnya menjadi “Penelitian ini dilakukan memakai metode xyz”. Perubahan kata “dengan” menjadi “menggunakan” ialah hasil dari pemikiran yang kita lakukan. Sehingga bertahap kita terbiasa untuk menulis bukan "copy-paste".
Kembali ke konten ↑
3. Tulis dan Tulis Saja
Mulai menulis ialah proses yang paling sulit. Terkadang semenjak awal membuka lebar kerja kita sudah resah apa yang akan ditulis. Tetapi Dosen Saya pernah menyampaikan, "saat anda menulis pokoknya tulis saja, tulis, tidak perduli ibarat apa tulisannya pokoknya tulis saja". Dan itu yang Saya coba lakukan, pada lembar pendahuluan terkadang Saya menuliskan “Penelitian ini dibutuhkan bla bla bla wkwkwkwkw”. Entahlah, pokoknya Saya tulis dan tulis saja. Bahkan terkadang kita sanggup curhat pada bagian-bagian yang lain hanya sekedar untuk memenuhi lembar kerja. Tetapi poin pentingnya ialah jangan mengharapkan sekali tulis akan sanggup goresan pena yang baik. Kita hanya perlu menulisnya, kita akan membaca goresan pena kita sendiri berulang-ulang dan memperbaikinya berulang-ulang juga. Nikmati prosesnya maka kita akan mendapat goresan pena yang baik.
Inilah 3 langkah yang Saya lakukan untuk selamat dalam menuntaskan karya ilmiah. Mungkin bila Saya tidak pernah melaksanakan ini, Anda tidak akan pernah menemukan goresan pena Saya pada laman ini. Penutup dari goresan pena ini,
“Menulislah biar orang di masa akan tiba tahu bahwa kamu pernah hidup di masa lalu”. Ustadz Abdul Somad
Inilah 3 langkah yang Saya lakukan untuk selamat dalam menuntaskan karya ilmiah. Mungkin bila Saya tidak pernah melaksanakan ini, Anda tidak akan pernah menemukan goresan pena Saya pada laman ini. Penutup dari goresan pena ini,
Kembali ke konten ↑
“Menulislah biar orang di masa akan tiba tahu bahwa kamu pernah hidup di masa lalu”. Ustadz Abdul Somad
Sumber: codepolitan
Sumber http://www.warunginter.net/