Friday, September 7, 2018

√ Pengertian Kalimat Majemuk

Pengertian kalimat beragam

A. Pengertian kalimat majemuk 

Istilah "kalimat majemuk" mengacu pada jenis kalimat yang terdiri atas dua pola atau lebih. Hal ini didasarkan pada pengertian dari kalimat majemuk, yaitu suatu kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih, atau dengan kata lain kalimat yang terjadi dari beberapa klausa bebas. Jenis kalimat ini berasal dari ekspansi atau penggabungan kalimat tunggal, untuk selanjutnya membentuk satu atau lebih pola kalimat gres di samping pola yang sudah ada sebelumnya. Kalimat beragam sanggup diartikan juga bahwa kalimat beragam ialah kalimat yang terdiri dari dua atau lebih kalimat tunggal. Setiap kalimat beragam mempunyai kata penghubung yang berbeda, sehingga jenis kalimat ini sanggup diketahui dengan cara melihat kata penghubung yang digunakan. Fungsi utama dari kalimat beragam ialah untuk menguraikan, menjelaskan, menjabarkan, dan memerinci.

Kalimat beragam ialah kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih (Keraf, 1984:167). Sebagai contoh:Ayah menulis surat sambil adik berdiri di sampingnya, pola kalimat yang pertama ialah ayah menulis suratdan pola kalimat yang kedua adalahadik berdiri di sampingnya. Pengertian yang dikemukakan oleh Keraf tidak jauh beda dengan pendapat Chaer (1994: 243) wacana pengertian kalimat majemuk, yaitu sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat lebih dari satu klausa. Sedangkan berdasarkan Jamiludin (1994: 62), kalimat beragam ialah kalimat yang terdiri atas dua kalusa atau lebih. Pengertian yang agak berbeda dari pengertian-pengertian sebelumnya dikemukakakan oleh Alwi dkk (1998: 385), yaitu kalimat yang mengandung satu klausa atau lebih yang kekerabatan antarklausanya ditandai dengan kehadiran konjungtor (kata hubung) pada awal salah satu klausa tersebut dengan adanya pelesapan penggalan dari klausa khususnya subjek. Perhatikan pola di bawah ini.

1. Pembangunan akan berjalan dengan lancar kalau segenap lapisan masyarakat turut aktif mengambil bagian.

2. Panglima Angkatan Bersenjata menyampaikan bahwa mereka yang mengganggu keamanan akan ditindak tegas.

3. Engkau harus menjadi orang pintar, harus tetap beribadat supaya mendapat rezeki yang higienis dan halal.

4. Kami akan naik haji setelah menikah.

Pada kalimat (1), klausa pembangunan akan berjalan dengan lancar dihubungkan dengan klausa segenap lapisan masyarakat turut aktif mengambil penggalan dengan memperguankan konjungtor jika. Pada kalimat (2) kekerabatan antarkalusa ditandai oleh bahwa. Kalimat (3) terdiri atas tiga klausa, yaitu (i) engkau harus menjadi orang pintar, (ii) (engkau) harus tetap beribadat, dan (iii) (engkau) mendapat rezeki yang higienis dan halal. Subjek ketiga klausa itu sama, yaitu engkau. Klausa pertama dan kedua (bersama klausa ketiga) dipisahkan dengan tanda koma. Klausa kedua dan ketiga dihubungkan oleh konjungtor supaya. Pada kalimat (4) subjek kami juga dihilangkan setelah kata setelah lantaran subjek klausa itu sama dengan subjek klausa utamanya.

B. Macam-macam kalimat beragam
Berkenaan dengan sifat kekerabatan klausa-klausa di dalam kalimat majemuk, maka dalam hal ini dibedakan adanya kalimat beragam koordinatif (lazim juga disebut kalimat beragam setara), kalimat beragam subordinatif (lazim juga disebut kalimat beragam bertingkat), dan kalimat beragam kompleks (kalimat beragam campuran).

1. Kalimat Majemuk Setara

Kalimat beragam setara ialah kalimat beragam yang klausa-klausanya mempunyai status yang sama, yang setara, atau yang sederajat (Chaer, 1994: 243). Menurut Alwi dkk (1998: 386), koordinasi menggabungkan dua klausa atau lebih yang masing-masing mempunyai kedudukan yang setara dalam struktur konstituen kalimat. Hasilnya ialah satuan yang sama kedudukannya dalam kalimat beragam setara. Sedangkan berdasarkan Jamiludin (1994: 62), kalimat beragam setara ialah kalimat yang terdiri atas dua klausa yang hubungannya setara. Klausa-klausa dalam kalimat beragam setara merupakan klausa utama. Klausa satu dengan lainnya dihubungkan dengan kata penghubung atau yang disebut koordinator. Itulah sebabnya kalimat beragam setara disebut juga kalimat koordinasi atau gabung.

Konjungtor yang dipakai untuk menyusun kekerabatan koordinasi, yaitudan, atau, tetapi, serta, lalu, kemudian, lagipula, hanya, padahal, sedangkan, baik… maupun, tidak… tetapi…., dan bukan(nya)… melainkan…. (Alwi dkk,1998: 388). Perhatikan beberapa pola berikut ini.

1. Anda tiba ke rumah saya atau saya tiba ke rumah Anda.
2. Ia segera masuk ke kamar kemudian berganti pakaian.
3. Polisi telah memberi tembakan peringatan, tetapi penjahat itu tetap tidak mau menyerah.
4. Orang bau tanah gadis itu sedih sekali serta kecewa terhadap kelakuan anaknya.
5. Saya memberitahukan hal itu kepada belum dewasa kemudian segera kembali ke kantor.
6. Koperasi karyawan itu dikelola secara profesional, lagipula modalnya sangat kecil.
7. Dia bukannya sakit, melainkan malas saja.
8. Mereka tidak marah, hanya kecewa terhadap perlakuannya.
9. Dia di daerah industri, hanya saja beliau tidak pernah bekerja di sana.
10. Duna masih sering pulang malam, atau malah pagi buta.

2. Kalimat Majemuk Bertingkat Menurut Chaer (1994: 244), kalimat beragam bertingkat ialah kalimat beragam yang kekerabatan antarklausanya tidak setara atau sederajat. Klausa yang satu merupakan klausa atasan dan klausa yang lain merupakan klausa bawahan. Kalimat beragam bertingkat berdasarkan Keraf (1984: 169) ialah kalimat yang kekerabatan pola-polanya tidak sederajat. Salah satu pola (atau lebih) menduduki fungsi tertentu dari pola lain. Bagian yang lebih tinggi kedudukannya disebut induk kalimat, sedangkan penggalan yang lebih rendah kedudukannya disebut anak kalimat. Sedangkan Jamiludin (1994:63) beropini bahwa kalimat beragam bertingkat ialah kalimat tunggal yang diperluas dan ekspansi itu membentuk klausa baru. Hubungan antarklausa disambung dengan subordinator. Itu sebabnya kalimat beragam bertingkat disebut juga kalimat subordinasi. Konjungtor yang dipakai dalam kalimat beragam bertingkat sanggup dikelompokkan sebagai berikut.

a. Konjungtor waktu: setelah, sesudah, sebelum, sehabis, sejak, selesai, ketika, tatkala, sewaktu, sementara, sambil, seraya, selagi, selama, sehingga, hingga
b. Konjungtor syarat: jika, kalau, jikalau, asalkan, bila, manakala
c. Konjungtor pengandaian: andaikan, seandainya, andaikata, sekiranya
d. Konjungtor tujuan: agar, supaya, biar
e. Konjungtor konsesif: biarpun, meskipun, sungguhpun, sekalipun, walaupun, kendatipun
f. Konjungtor pembandingan atau kemiripan: seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, bagaikan, laksana, daripada, alih-alih, menyerupai
g. Konjungtor lantaran atau alasan: sebab, karena, oleh lantaran
h. Konjungtor hasil atau akibat: sehingga, sampai(-sampai)
i. Konjungtor cara: dengan, tanpa
j. Konjungtor alat: dengan, tanpa

Perhatikan pola berikut.
a. Partisipasi masyarakat terhadap jadwal keluarga berencana meningkat setelah mereka menyadari manfaat keluarga kecil.
b. Jika masyarakat menyadari pentingnya jadwal keluarga berencana, mereka niscaya mau berpartisipasi dalam menyukseskan jadwal tersebut.
c. Andaikan saya memperoleh kesempatan, saya akan mengerjakan pekerjaan itu sebaik-baiknya.
d. Anda harus berusaha dengan sungguh-sungguh semoga sanggup berhasil dengan baik.
e. Meskipun usianya sudah lanjut, semangat belajarnya tidak pernah padam.
f. Saya memahami keadaanya dirinya sebagaimana ia memahami keadaan diriku.
g. Proyek perbaikan kampung itu berhasil lantaran mendapat sumbangan dari masyarakat.
h. Ledakan bom kendaraan beroda empat itu demikian hebatnya sehingga meruntuhkan atap gedung-gedung di sekitar kejadian.
i. Petani berusaha meningkatkan hasil panennya dengan memakai bibit unggul, pemupukan, irigasi, pemberantasan hama, dan penerapan teknologi pascapanen yang tepat.

Menurut Alwi dkk (1998: 391) kalimat beragam bertingkat sanggup disusun dengan memperluas salah satu fungsi sintaksisnya (fungsi S, P, O, dan Ket) dengan klausa. Perluasan itu dilakukan dengan memakai yang. Perhatikan kalimat-kalimat berikut.

a. Paman saya yang tinggal di Bogor meninggal kemarin.
b. Paman saya guru, yang mengajar di beberapa sekolah.

Konsep ekspansi unsur kalimat ini dibicarakan secara luas oleh Alisjahbana (1983). Beliau menyatakan semua unsur kalimat sanggup diperluas untuk dijadikan anak kalimat, sehingga muncullah istilah anak kalimat pengganti subjek, anak kalimat pengganti predikat, dan sebagainya (Chaer, 1994: 245). Jamiludin (1994: 64) membagi kalimat beragam bertingkat menjadi 12 macam berdasarkan klausa sematannya atau anak kalimatnya sebagai berikut.

a. Anak kalimat pengganti keterangan waktu, contohnya: Sejak saya diserahkan orang bau tanah kepada nenek, saya tidur di atas dipan di kamar nenek.
b. Anak kalimat pengganti keterangan syarat, contohnya: Jika anda mau mendengarkannya, saya tentu akan bahagia sekali.
c. Anak kalimat pengganti keterangan konsesif, contohnya: Walaupun hatinya sedih, beliau tidak pernah menangis di hadapanku.
d. Anak kalimat pengganti keterangan tujuan, misalnya; Nenekku bercerita wacana para ksatria semoga saya mempunyai keberanian mirip ksatria itu.
e. Anak kalimat pengganti keterangan perbandingan, contohnya: Daripada menganggur, cobalah engkau bekerja di kebun saya.
f. Anak kalimat pengganti keterangan sebab, contohnya: Keadaan menjadi genting lantaran musuh akan melancarkan aksinya.
g. Anak kalimat pengganti keterangan akibat, contohnya: Biaya pengobatan sangat mahal sehingga semua perhiasan istrinya habis terjual.
h. Anak kalimat pengganti keterangan cara, misalnya: Ia mencoba bertahan dengan kedua tangannya menutup wajahnya.
i. Anak kalimat pengganti keterangan sangkaan, contohnya: Dia membisu seperti beliau tidak mengetahui problem itu.
j. Anak kalimat pengganti keterangan objek, contohnya: Dia berkata bahwa isi buku ini belum sempurna.
k. Anak kalimat pengganti keterangan predikat, contohnya: Orang itu kelakuannya tercela.
l. Anak kalimat pengganti keterangan subjek, contohnya: Barang siapa menggali lubang, niscaya terperosok ke dalamnya.

Selain itu, kalimat beragam bertingkat sanggup pula disusun dengan menggabungkan dua buah klausa atau lebih dimana klausa yang satu dianggap sebagai klausa atasan atau klausa utama (dalam peristilahan tradisional disebut induk kalimat), sedangkan yang lain disebut klausa bawahan (dalam peristilahan tradisional disebut anak kalimat) (Chaer, 1994: 243), contohnya: Nenek membaca komik dikala kakek tidak ada di rumah berasal dari klausanenek membaca komik dan kakek tidak ada di rumah. Lalu, kedua klausa itu digabungkan dengan klausa nenek membaca komik sebagai klausa utama dan kakek tidak ada di rumahsebagai klausa bawahan; dan keduanya mempunyai kekerabatan kewaktuan, yakni waktu yang sama. Hal ini berbeda dengan yang dikemukakan oleh Alwi dkk (1998: 392) mengenai proses terbentuknya kalimat beragam bertingkat. Menurut mereka kalimat beragam bertingkat terbentuk bila dua proposisi diperbandingkan, satu dinyatakan pada klausa utama dan satunya lagi pada klausa subordinatif. Klausa subordinatif ini disebut klausa perbandingan. Klausa perbandingan biasanya dibuat dengan memakai bentuk lebih atau kurang tolong-menolong dengan konjungtor dari(pada), dan sama… dengan. Perhatikan pola berikut.

a. Dia bekerja lebih usang daripada istrinya (bekerja)
b. Kapitalisme sama berbahayanya dengan komunisme.
 

Pola-pola struktur kalimat beragam bertingkat berdasarkan Suparno (1991: 60) ialah sebagai berikut.

a. Kalimat beragam bertingkat terdiri dari klausa inti dan klausa bawahan yang berstatus sebagai atribut subjek, contoh: Persoalan bahwa produksi harus dibatasi telah menciptakan para pengusaha kehilangan gairah.

b. Kalimat beragam bertingkat terdiri dari klausa inti dan klausa bawahan yang berstatus sebagai atribut predikat, contohnya: Dia itu seorang pengusaha yang mempunyai sejumlah perusahaan besar.

c. Kalimat beragam bertingkat terdiri dari klausa inti dan klausa bawahan yang berstatus sebagai atribut dalam fungsi objek, contoh: Kami mendapat informasi bahwa SPP akan dinaikkan.

d. Kalimat beragam bertingkat terdiri dari klausa inti dan klausa bawahan yang berstatus sebagai atribut dalam funsi pelengkap, misalnya: Ika menyebarkan adiknya pertanyaan yang sukar dijawab.

e. Kalimat beragam bertingkat terdiri dari klausa inti dan klausa bawahan yang berstatus sebagai atribut dalm fungsi keterangan, contoh: Penonton sudah tiba di lapangan tempat pertandingan itu berlangsung.

f. Kalimat beragam bertingkat terdiri dari klausa inti dan klausa bawahan yang berstatus sebagai sumbu dalam fungsi keterangan, contoh: Keluarga berencana akan selalu dilaksanakan selama pertumbuhan penduduk harus ditekan.

3. Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat beragam jenis ini terdiri dari tiga klausa atau lebih, dimana ada yang dihubungkan secara koordinatif dan ada pula yang dihubungkan secara subordinatif. Jadi, kalimat ini merupakan adonan dari kalimat beragam setara dan kalimat beragam bertingkat. Contohnya dalam kalimat: Nenek membaca komik lantaran kakek tidak ada di rumah dan tidak ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan, terdiri dari tiga buah klausa, yaitu (1) nenek membaca komik, (2) kakek tidak ada di rumah, dan (3) tidak ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan. Klausa (1) dan kalusa (2) dihubungkan secara subordinatif; klausa (2) dan klausa (3) dihubungkan secara koordinatif (Chaer, 1994: 247).

Dalam praktek berbahasa, lebih-lebih pada bahasa tulis, penggunaan kalimat kompleks ini sangat umum; apalagi dalam karangan yang bersifat keilmuan. Jumlah klausa yang dipakai pun dalam satu kalimat bukan hanya dua atau tiga buah, melainkan sanggup lebih dari itu. Dalam makalah ini kalimat beragam adonan tidak dibahas lebih lanjut lantaran dasarnya ialah kalimat beragam setara dan kalimat beragam bertingkat.

Sumber http://www.rijal09.com