Friday, September 7, 2018

√ Kalimat Aktif Dan Kalimat Pasif

KALIMAT AKTIF DAN KALIMAT PASIF
A. Pengertian Kalimat Aktif Dan Kalimat Pasif
KALIMAT AKTIF DAN KALIMAT PASIF. Pembicaraan wacana kalimat aktif dan kalimat pasif tentunya bukanlah sebuah pembicaraan yang baru. Aktif dan pasif barang kali sudah kita kenal semenjak kita duduk di kursi sekolah dasar. Namun ternyata dekatnya teori wacana kalimat aktif dan kalimat pasif tidak menciptakan kita paham dengan kedua kalimat tersebut secara mendalam. Masih sering kita menjumpai kesalahan pengubahan kalimat aktif menjadi kalimat pasif. Apalagi dalam analisis fungsi kalimat. Kita sering kebingungan memilih pola fungsi yang terjadi pada kalimat aktif dan kalimat pasif serta perubahannya.

Kalimat aktif dan pasif sering menjadi perbincangan. Perbincangan tersebut sering bermetamorfosis sebuah pertentangan. Materi yang dipertentangkan bermacam-macam, di antaranya yang berkaitan dengan konsep kalimat aktif dan kalimat pasif, pembentukan kalimat pasif dari kalimat aktif, dan penentuan peran-peran fungsi sintaksis dalam sebuah kalimat aktif maupun kalimat pasif. Tidaklah terlalu mengherankan apabila kontradiksi itu terjadi. Sebenarnya, pokok permasalahannya yaitu sebab perbedaan sudut pandang semata. Dalam segala hal, sebuah objek akan dipahami secara berbeda-beda apabila sudut pandangnya berbeda-beda. 

Demikian juga wacana kalimat aktif dan kalimat pasif ini. Namun demikian, bahwasanya dari perbedaan-perbedaan sudut pandang tersebut sanggup kita ambil sebuah simpulan wacana kalimat aktif dan kalimat pasif ini. Berbagai sudut pandang wacana kalimat aktif dan kalimat pasif yang mengakibatkan kontradiksi itu akan disajikan dalam buku ini. Agar materi kalimat aktif dan pasif ini lebih terperinci alurnya, maka pembahasan akan dibagi dalam dua bagian,yaitu 1) konsep kalimat aktif dan kalimat pasif, dan 2) kaidah-kaidah umum pembentukan kalimat pasif dari kalimat aktif.

Pada belahan final goresan pena ini dijelaskan wacana ’konstruksi’ pasif berdasarkan Bambang Kaswanti Purwo (BKP) berikut penggolongannya atas ’konstruksi’ pasif tanpa distributor dan dengan agen. ’Konstruksi’ pasif berdasarkan BKP perlu disajikan dalam goresan pena ini sebab konsep tersebut cukup unik. Keunikan tersebut ada sebab BKP tidak mempertentangkan ’konstruksi’ pasif dengan ’konstruksi’ aktif secara khusus, menyerupai halnya linguis-linguis lainnya. Untuk lebih jelasnya marilah kita cermati isi goresan pena ini.

Dalam bahasa-bahasa fleksi menyerupai bahasa Latin, Yunani, Sansekerta, bahkan bahasa Semit menyerupai bahasa Arab, terdapat bentuk-bentuk kata kerja yang disebut aktif dan pasif. Dalam bahasa Latin, misalnya, pasangan bentuk di bawah ini disebut aktif dan pasif. 
Aktif Pasif 
deleo - deleor ‘saya membinasakan - saya dibinasakan’
deles - deleris ‘engkau membinasakan - engkau dibinasakan’
delet - deletur ‘dia dibinasakan - dia dibinasakan’
delemus - delemus ‘kami membinasakan - kami dibinasakan’
delent - delentur ‘mereka membinasakan - mereka dibinasakan’
Dalam bahasa Arab pasangan berikut yaitu bentuk aktif dan pasif 
Aktif Pasif 
qatala - qutila ‘dia membunuh - dia dibunuh’
qatalta - qutilta ‘engkau membunuh - engkau dibunuh’
qataltu - qutiltu ‘saya membunuh - saya dibunuh’
qatalu - qutilu ‘mereka membunuh - mereka dibunuh’
qatalna - qutilna ‘kami membunuh - kami dibunuh’

Melihat kedua bentuk perubahan kata kerja di atas, baik dalam bahasa Latin maupun dalam bahasa Arab, sanggup ditegaskan bahwa sebuah bentuk kata kerja disebut sebagai bentuk aktif bila persona yang terkandung dalam bentuk kata kerja itu menjadi agens atau pelaku yang melaksanakan perbuatan itu. Sebaliknya, sebuah bentuk kata kerja disebut sebagai bentuk pasif bila persona yang terkandung dalam bentuk kata kerja itu menjadi patiens, yaitu yang menderita hasil tindakan itu.

Jadi, tampaklah bahwa pengertian-pengertian aktif dan pasif dalam bahasa-bahasa fleksi harus dilihat dari kesatuan bentuk kata kerja dengan personanya. Bagaimana dalam bahasa Indonesia? Dalam bahasa Indonesia konsep kalimat aktif dan kalimat pasif sanggup dilihat dari pandangan yang berbeda. Konsep pertama merupakan konsep yang berasal dari pandangan tradisional. Sedangkan konsep yang kedua berdasarkan pandangan tatabahasa transformatif. Menuruttatabahasa tradisional, dalam bahasa Indonesia terdapat tiga bentuk pasif sebagai pasangan bagi satu bentuk aktif, yaitu: 
Aktif Pasif 
Saya menangkap ayam.
Ayam kutangkap.
Engkau menangkap ayam. Ayam kautangkap.
Dia menangkap ayam. Ayam ditangkapnya.
Amat menangkap ayam. Ayam ditangkap Amat.
Kami menangkap ayam. Ayam kami tangkap.
Ayam itu saya tangkap.
Ayam itu engkau tangkap.
Ayam itu beliau tangkap.
Ayam itu Amat tangkap.
Ayam itu kami tangkap.
Ayam itu ditangkap oleh saya.
Ayam itu ditangkap oleh engkau.
Ayam itu ditangkap oleh dia.
Ayam itu ditangkap oleh Amat.
Ayam itu ditangkap oleh kami.

Dengan tidak mempersoalkan bentuk mana dari ketiga kemungkinan bentuk pasif di atas merupakan bentuk baku, maka bila contoh-contoh di atas dibandingkan dengan bentuk pasif dalam bahasa Barat, tampak ada perbedaan besar. Kata-kata kukau, dan kami pada kelompok pasif I, serta kata saya,engkaudiaAmat, dan kami pada kelompok II mempunyai pertalian yang lebih erat dengan kata kerja dibandingkan dengan kata ayam; dan semua kata itu menjadi agens bukan menjadi patiens dari kata tangkap. Berdasarkan klarifikasi ini maka pengertian diatesis aktif dan pasif dalam bahasa Indonesia harusnya tidak ada, atau paling banyak harus diberi batasan yang agak lain.

Mengingat adanya bentuk-bentuk klitik ku dan kau untuk persona I dan II di depam kata kerja tersebut maka demi kesejajaran dan kelengkapan pola, harus ditarik kesimpulan bahwa bentuk di pada kata ditangkap pada mulanya yaitu bentuk ringkas atau klitik untuk kata dia. Secara historis sanggup dijelaskan proses terjadinya bentuk me- dan di- dalam kalimat yang biasanya disebut aktif dan pasif sebagai berikut. Pertama, kalimat yang mementingkan tindakan atau agens akan menggunakan bentuk me- untuk predikat verbal-transitif dengan struktur Subjek – Predikat – Objek.
Contoh:
Aku menangkap ayam.
Engkau menangkap ayam.
Dia menangkap ayam.
Amat menangkap ayam

Tetapi, bila gatra objeknya dipentingkan, sanggup digunakan berturut-turut beberapa cara berikut. Cara yang pertama yaitu mempertahankan bentuk dan struktur di atas, tetapi objek yang dipentingkan itu diberi tekanan keras.
Aku menangkap ayam.
Engkau menangkap ayam.
Dia menangkap ayam.
Amat menangkap ayam.

Kemungkinan berikutnya yaitu menempatkan objek pada awal kalimat, dengan konsekuensi harus diadakan perubahan bentuk kata sesuai dengan perubahan susunan tersebut. Kita kemudian menerima bentuk pasif sebagai berikut.
Ayam itu saya tangkap.
Ayam itu engkau tangkap.
Ayam itu beliau tangkap.
Ayam itu Amat tangkap.

Bentuk kedua menunjukkan bahwa bila perbuatan tidak dipentingkan lagi maka prefiks me- tidak akan digunakan lagi. Sementara itu, gatra pelaku (agensakuengkaudia, dan Amat masih diberi tempat, namun peranannya juga kurang sehingga posisinya bergeser ke belakang.

Taraf pengutamaan gatra objek itu sanggup lebih ditingkatkan lagi sehingga perhatian kita tercurah hanya pada gatra objeknya itu; dalam hal ini pelaku kemudian mengambil bentuk klitik kukau, dan di. Penggunaan bentuk klitik diuntuk persona III tunggal digunakan juga untuk orang III yang menggunakan nomina.

Karena persona III tunggal yang dinyatakan dengan di itu digunakan juga orang III yang menggunakan nomina (Amatayahadikdan sebagainya), lama-kelamaan fungsi di sebagai bentuk klitik (ringkas) dia menjadi kabur. Karena itu, kemudian perlu diberi keterangan mengenai siapa yang melaksanakan tindakan tiu dengan mempergunakan kata oleh. Adapun artikataoleh adalah hasil atau perbuatan. Sebab itu, kelompok kata seperti oleh Amatoleh dia, dan lain-lain sanggup diartikan dengan perbuatan Amat,perbuatan dia, dan sebagainya, untuk mengeksplisitkan lagi di yang ditempatkan di depan kata kerja itu.
Ayam itu kutangkap.
Ayam itu kautangkap.
Ayam itu ditangkap olehnya.
Ayam itu ditangkap oleh Amat.
Ayam itu kami tangkap.

Penggunaan di untuk pelaku III nomina, menjadi model untuk pembentukan secara analogi bagi persona I dan II tunggal dan jamak, yaitu dengan menambahkan lagi penjelasan olehkuolehmuoleh kamioleh kamu, di belakang kata kerja.
Ayam itu ditangkap olehku.
Ayam itu ditangkap olehmu.
Ayam itu ditangkap oleh kami.
Ayam itu ditangkap oleh kamu.

Konvergensi bentuk untuk semua persona ini menjadi langkah terakhir bagi bentuk tanpa pelaku, yaitu pelaku tindakan menjadi sama sekali tidak dipentingkan sehingga sanggup diabaikan sama sekali. Dengan demikian, kita menerima bentuk sebagai berikut.
Ayam ditangkap.
Rumah didirikan.
Buku itu dibaca.

Karena kita mendapatkan adanya kenyataan mengenai bentuk dengan pementingan agens atau pementingan patiens, kita sanggup mendapatkan adanya semacam bentuk pasif dalam bahasa Indonesia, yang tidak sejajar dengan pasif dalam bahasa-bahasa fleksi. Dari semua peluang bentuk pasif menyerupai dikemukakan di atas, bentuk yang keempat tidak diterima sebagai bentuk pasif baku karena merupakan pembentukan analogi yang salah.

Menurut tata bahasa transformatif, konsep wacana kalimat aktif dan pasif sanggup dipahami dari tugas fungsi sintaksisnya, terutama subjeknya. Pada kalimat aktif, subjek (S) berperan sebagai pelaku, sedangkan pada kalimat pasif, S berperan sebagai penderita. Untuk mengetahui lebih lanjut karakteristik keduanya, sanggup diperhatikan contoh-contoh berikut. 
a. Alya menggendong boneka
b. Boneka digendong oleh Alya. 
c. Boneka digendong Alya

Bila dicermati, kalimat (a) yaitu kalimat aktif serta kalimat (b) dan (c) yaitu kalimat pasif. Yang berperan sebagai pelaku pada ketiganya adalah Alya. Pada (aAlya berfungsi sebagai S; pada (b) dan (c)Alya berfungsi sebagai objek (O). Dengan demikian, terlihat bahwa pada kalimat aktif, S-nya berperan sebagai pelaku atau pelakunya berfungsi sebagai S, sedangkan pada kalimat pasif, pelakunya bukanlah S.
Pada (a) boneka berfungsi sebagai O dengan tugas sebagai penderita. Peran penderita juga terdapat pada boneka dalam (b) dan (c). Namun, pada (b) dan (c) tugas tersebut menduduki fungsi S. Dengandemikian, pada kalimat pasif, S berperan sebagai penderita atau penderita menduduki fungsi sebagai S, sedangkan pada kalimat aktif, tugas penderita tidak menduduki fungsi S.

Informasi yang disampaikan oleh (b) dan (c) tidak berbeda. Kehadiran kata depan oleh pada (b) mengindikasikan adanya penekanan pada pelaku. Dengan memperbandingkan keduanya, sanggup kita simpulkan bahwa kehadiran oleh pada kalimat pasif tersebut bersifat fakultatif (tidak wajib). Namun, kata oleh akan menjadi wajib hadir bila O pada kalimat pasif tersebut diletakkan pada awal kalimat, menyerupai yang terlihat pada  contoh berikut.

Oleh Alya boneka digendong.
Hal itu juga mengindikasikan penekanan pada pelaku dalam kalimat pasif.Kadar penekanan pelaku kalimat tersebut lebih berpengaruh dari kadar penekanan kalimat (b).

B. Kaidah-kaidah Umum Pembentukan Kalimat Pasif dari Kalimat Aktif 
Pemasifan dalam bahasa Indonesia dilakukan dengan dua cara: (1) menggunakan verba berprefiks di- dan (2) menggunakan verba tanpa prefiks di-.Jika kita gunakan simbol S untuk subjek, P untuk predikat, dan O untuk objek, maka kaidah umum untuk pembetukan kalimat pasif dari kalimat aktif dalam bahasa Indonesia yaitu sebagai berikut. 
1. Cara Pertama  
a. Pertukarkanlah S dengan O. 
b. Gantilah prefiks meng- dengan di- pada P.
c. Tambahkan kata oleh di muka unsur yang tadinya S.

Marilah kita terapkan kaidah pemasifan cara pertama itu pada bentuk kalimat  di bawahini
Pak Toha mengangkat seorang ajudan baru.
a. *Seorang ajudan gres mengangkat Pak Toha. (Kaidah a.1)
b. Seorang ajudan baru diangkat Pak Toha. (Kaidah a.2)
c. Seorang ajudan baru diangkat oleh Pak Toha. (Kaidah a.3)
Dengan cara yang sama, kita sanggup pula memperoleh kalimat pasif sebagai padanan kalimat aktif di atas.
Pameran itu akan dibuka oleh Ibu Gubernur.

Keberterimaan kalimat menunjukkan bahwa kehadiran bentukoleh pada kalimat pasif bersifat manasuka. Akan tetapi, jikalau verba predikat tidak diikuti eksklusif oleh perhiasan pelaku (yang sebelumnya subjek kalimat aktif), maka bentuk oleh wajib hadir. Atas dasar itulah maka bentuk kalimat berikut kita terima, sedangkan bentuk
a. Rumah renta itu harus diperbaiki dengan segera oleh Pak Saleh.
b. *Rumah renta itu harus diperbaiki segera Pak Saleh.

Pemasifan dengan cara pertama itu umumnya digunakan jikalau subjek kalimat aktif berupa nomina atau frasa nominal menyerupai terlihat pada teladan di atas; jikalau subjek kalimat aktif berupa pronominal persona, padanan pasifnya umumnya dibuat dengan cara kedua. Akan tetapi, kalau subjek kalimat aktif itu berupa campuran pronominal dengan pronominal atau frasa lain, maka padanan pasifnya dibuat dengan cara pertama itu.

a. Tugas itu harus diselesaikan oleh kamu dan saya.
b. *Tugas itu harus kau dan saya selesaikan. 

2. Cara Kedua 
Seperti telah disinggung di atas, padanan pasif dari kalimat aktif transitif yang subjeknya berupa pronominal dibuat dengan cara kedua. Adapun kaidah pembentukan kalimat pasif cara kedua itu yaitu sebagai berikut. 
a. Pindahkan O ke awal kalimat. 
b. Tanggalkan prefiks meng­- pada P. 
c. Pindahkan S ke kawasan yang sempurna sebelum verba.

Marilah kita terapkan kaidah pemasifan cara kedua itu pada bentuk kalimatdi atas.
Saya sudah mencuci kendaraan beroda empat itu.
a. *Mobil itu saya sudah mencuci (Kaidah b.1)
b. *Mobil itu saya sudah cuci. (Kaidah b.2)
c. Mobil itu sudah saya cuci. (Kaidah b.3)

Jika subjek kalimat aktif transitif berupa pronominal persona ketiga atau nama diri yang relatif pendek, maka padanan pasifnya dapt dibuat dengan cara pertama atau kedua menyerupai tampak pada teladan berikut. 
a. Mereka akan membersihkan ruangan ini.
b.i. Ruangan ini akan dibersihkan (oleh) mereka.
ii. Ruangan ini akan mereka bersihkan. 
b. Dia sudah membaca buku itu.
b.i. Buku itu sudah dibaca olehnya/(oleh) dia.
ii. Buku itu sudah dibacanya/ beliau baca. 
c. Ayah belum mendengar gosip sedih itu.
b.i. Berita sedih itu belum didengar (oleh) Ayah.
ii. Berita sedih itu belum Ayah dengar.

Apabila subjek kalimat aktif transitif itu panjang, maka padanan kalimat pasifnya dibuat dengan cara pertama. Jadi, bentuk seperti Berita sedih itu belum didengar oleh Susilowati Hamid tidak sanggup diubah menjadi *Berita sedih itu belum Susilowati Hamid dengar. Perlu dicatat bahwa pembentukan kalimat pasif dengan cara kedua dari kalimat aktif transitif yang subjeknya berupa pronominal persona ketiga atau nama diri pada umumnya terbatasa pada pemakaian sehari-hari. Pronomina akuengkau, dan dia (yang mengikuti predikat) pada kalimat pasif cenderung dipendekkan menjadi ku-kau-, dan –nya seperti tampak pada 
contoh berikut. 
a. .i. Surat itu baru aku terima kemarin.
ii. Surat itu baru kuterima kemarin.
b.i. Buku ini perlu engkau baca.
ii. Buku ini perlu kaubaca.
c.i. Pena saya dipinjam oleh dia.
ii. Pena saya dipinjamnya.
iii. Pena saya dipinjam olehnya.

Perubahan kalimat aktif transitif yang mengandung kata seperti ingin atau maucenderung mengakibatkan pergeseran makna. Perhatikan teladan berikut. 
a. Andi ingin mencium Tuti.  
b. Tuti ingin dicium Andi.

Pada kalimat aktif (a) terperinci bahwa yang ingin melaksanakan perbuatan mencium adalah Andi, tetapi pada (b) orang cenderung menafsirkan bahwa yang menginginkan ciuman itu adalah Tuti dan bukan Andi. Tafsiran makna kalimat pasif yang berbeda dengan makna padanan kalimat aktif itu timbul sebab kodrat kata ingin yang cenderung dikaitkan dengan unsur di sebelah kiri yang mendahuluinya. Hal ini tampak lebih positif pada kecacatan pasangan kalimatAnda ingin mencuci mobilnya- *Mobilnya ingin dicuci Andi.

Arti pasif sanggup pula bergabung dengan unsur lain menyerupai unsur ketaksengajaan. Jika kalimat aktif diubah menjadi kalimat pasif dan dalam kalimat pasif itu terkandung pula pengertian bahwa perbuatan yang dinyatakan oleh verba itu mengandung unsur yang tak sengaja, maka bentuk prefiks yang digunakan untuk verba bukan lagi di-, melainkan ter-. Perhatikan perbedaan kalimat (a) dan (b) yang berikut ini. 
a. Penumpang bus itu dilempar ke luar. 
b. Penumpang bus itu terlempar ke luar. 
c.  Dia dipukul kakaknya. 
d.  Dia terpukul kakaknya.

Kalimat (a) menunjukkan bahwa seseorang melaksanakan perbuatan itu dengan niat dan kesengajaan. Sebaliknya, kalimat (b) mengacu ke suatu keadaan atau ketaksengajaan si pelaku perbuatan. Pada (b) mungkin saja penumpang tadi terlempar oleh orang lain, atau mungkin juga oleh guncangan bus yang terlalu besar.

Di samping makna ketaksengajaan itu, verba pasif yang memakai ter- juga sanggup menunjukkan kekodratan; artinya, kita tidak memasalahkan siapa yang melaksanakan perbuatan tersebut sehingga seakan-akan sudah menjadi kodratlah bahwa sesuatu harus demikian keadaannya. Sebagai contoh, perhatikanlah kalimat yang berikut. 
a.  Gunung Merapi terletak di Pulau Jawa. 
b. Soal ini terlepas dari rasa bahagia dan tidak senang.

Pada teladan itu tidak ada unsur sengaja atau tidak sengaja, dan kita pun tidak memasalahkan siapa yang meletakkan gunung itu atau yang melepaskan soal ini. Bentuk kalimat pasif lain yang bermakna adversatif tampak pada teladan (a.1) dan (b.1). Di sini perlu ditekankan bahwa makna kalimat predikatnya memakai ke-anini yaitu pasif dengan tambahan makna adversatif, yakni makna yang tidak menyenangkan. Perhatikan pasangan kalimat berikut. 
a. 1. Soal itu diketahui oleh orang tuanya.
2.Soal itu tertangkap berair oleh orang tuanya.
b. 1. Partai kita dimasuki unsur kiri.
2. Partai kita kemasukan unsur kiri. 

3.’Konstruksi’ Pasif Menurut Bambang Kaswanti Purwo 
Dalam makalahnya yang berjudul ”Perkembangan Sintaksis Indonesia’, Bambang Kaswanti Purwo (BKP) secara terang-terangan menyatakan bahwa ia tidak mau melibatkan diri pada duduk masalah ada tidaknya ’konstruksi’ pasif di dalam bahasa Indonesia. Ia hanya mencontohkan bahwa ’konstruksi’ pada (1) dan (3) yaitu ’konstruksi’ pasif, sedangkan ’konstruksi’ pada (1) yaitu ’konstruksi’ aktif.
(1) mengambil buah apel itu
(2) a. Buah apel itu diambil oleh si Dul.
b. Buah apel itu diambil olehnya.
c. Buah apel itu diambilnya.
(3) a. Buah apel itu beliau ambil.
b. Buah apel itu kuambil.
c. Buah apel itu kau ambil.

Untuk keperluan khusus, ’konstruksi’ pada (1) dirujuknya sebagai ’konstruksi’men-, ’konstruksi’ pada (2) sebagai ’konstruksi’ di-, dan ’konstruksi’ pada (3) sebagai ’konstruksi’ . Sebagaimana yang terpapar pada ’konstruksi’ (1), (2), dan (3), untuk distributor persona ketiga sanggup digunakan ’konstruksi’ di- ataupun , sedangkan untuk distributor persona pertama atau kedua hanya sanggup digunakan ’konstruksi’. Lebih lanjut BKP menjelaskan bahwa ’konstruksi’ pasif sanggup dibedakan antara yang mempunyai distributor dan yang tidak. Contoh (a) dan (b) berikut yaitu teladan ’konstruksi’ pasif tanpa agen, sedangkan (c) dan (d) yaitu teladan ’konstruksi’ pasif dengan agen.
a. [...] dan waktu ia menekur hendak melihat selopnya ia dipukuldari belakang.
b. Tapi setelah diadakan penyelidikan saksama sebulan kemudian, ternyata bahwa wakil tentara itu [...]
c. Dan garis itu dijaga oleh beberapa anggota tentara yang berdisiplin.
d. Dan sehabis pamili ini agak berada sedikit, kamar itudipakainya sebagai sangkar anjing yang gres dibelinya.

C. Ciri-ciri kalimat aktif  dan pasif 
a. Kalimat aktif 
Kalimat aktif yaitu sebuah kalimat yang subjek (S) berperan sebagai pelaku yang secara aktif melaksanakan suatu tindakan yang dikemukakan dalam predikat (P) kepada objek (O)
Ani menyirami bunga.
Ayah membeilkanku sebuah sepeda.
John merusak bukunya Andi.

Ciri-ciri kalimat aktif:
1. Pada kalimat aktif subjek melaksanakan suatu tindakan yang eksklusif mengenai objeknya.
2. Predikat kalimat aktif selalu diawali dengan imbuhan Me- atau Ber-
3. Ada kalimat aktif yang memerlukan objek
4. Ada kalimat aktif yang tidak memerlukan objek. Setelah menerima predikat subjek ditambah perhiasan atau keterangan.
5. Kalimat Aktif mempunyai pola S-P-O-K atau S-P-K

Jenis-jenis kalimat aktif:
1. Kalimat aktif Intransitive 
Kalimat aktif intransitive yaitu kalimat aktif yang memerlukan sebuah objek yang mendapatkan tindakan dari subjeknya.
contoh:
Ayahku memberi Andi uang saku sebesar Rp. 10.000,-
Ayahku= Subjek
Memberiku= Predikat
Objek= Andi
pada kalimat diatas, “Ayah” yang merupakan subjek melaksanakan tindakan kepada “Andi” yang merupakan objek.

2. Kalimat aktif ekatransitive 
Kalimat ini memerlukan objek namun tidak mempunyai pelengkap. Dengan kata lain, Kalimat ini hanya mempunyai 3 unsur yaitu Subjek, Predikat dan Objek. 
Contoh:   
Andi membaca sebuah majalah 
Ayah memperbaiki motor
Ibu menanak nasi.  

3. Kalimat aktif Intransitive 
Kalimat ini objeknya tidak dimunculkan sebagai akseptor perbuatan subjek. Namun biasanya kalimat ini diikuti oleh perhiasan dan keterngan.  Kalimat ini biasanya mempunyai Pola S-P atau S-P-K 
Contohnya:
Iwan sedang menulis di dalam kamar.
Nenek sedang menjahit dengan sangat hati-hati.
Ani berguru dengan giat.

1. Kalimat aktif dwitransitif 
Kalimat ini mempunyai satu predikat  dan mengharuskan kehadiran objek dan pelengkap. kalimat aktif dwitransitif mempunyai empat unsur Subjek (S), Predikat (P), Objek (O), dan Pelengkap (Pel). Jika salah satu dari ke empat unsur ini tidak terenuhi, maka kalimat menjadi rancu atau kehilangan makna. 
Contoh:
Ayah mengirimi uang kepada nenek setiap bulan.
Budi selalau mengunjungi ibunya yang ada di luar negeri. 
Kakakku menguras kolam air seminggu sekali.
Merubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif
1. Subjek pada kalimat aktif bermetamorfosis objek pada kalimat pasif.
Andi Menabrak Budi di depan ruang kelas.(Aktif)
Budi ditabrak oleh Andi di depan ruang kelas. (Pasif)
2. Predikat yang berawalan me- bermetamorfosis berawalan di-/ter-
Ani mengabaikan kebun bunga yang bagus itu.(Aktif)
Kebun bunga yang bagus itu terabaikan oleh Ani. (Pasif)
3. Kalimat aktif tidak berobjek tidak sanggup diubah menjadi kalimat pasif. 

b. Kalimat pasif 
Kalimat pasif merupakan kalimat yang subjeknya sehabis predikat. Kalimat pasif yaitu kalimat yang subjeknya dikenai suatu perbuatan atau aktivitas. Kalimat pasif biasanya diawali oleh awalan ter- atau di-
Adapun ciri-ciri dari kalimat pasif adalah: 
Subjeknya sebagai penderita.
Predikatnya berimbuhan di-, ter-, atau ter-kan.
Predikatnya berupa predikat persona (kata ganti orang, disusul oleh kata kerja yang kehilangan awalan).
Kalimat pasif terdiri dari dua:
Kalimat pasif transitif adalah kalimat pasif yang mempunyai objek.
Jambu dilempar Tono.
Ikan mas dimasak Bu Susi.
Ayam dipukul Udin.
Novel dibaca Andi di kamar.
Baju yang higienis telah disetrika Ibu.
Pameran itu akan dibuka oleh Pak Bupati.
Buku itu sudah kubeli.
Soal-soal itu sedang mereka kerjakan.
Makalah ini harus kami tulis kembali.
Pak Lurah dimintai pertanggung balasan oleh Pak Camat.
Ali terkejut mendengar kematian sahabatnya.
Bunga anggrek hitam itu terinjak si Anita.
Kalimat pasif intransitif adalah kalimat pasif yang tidak mempunyai objek.
Buku dibeli.
Mobil sedang dicuci.
Mobil itu kemarin tertabrak

Sumber http://www.rijal09.com