Wednesday, June 21, 2017

√ Majas – Gaya Bahasa – Pengertian, Ciri-Ciri, Jenis, Unsur Dan Contoh

Pengertian Majas


Majas atau gaya bahasa yaitu pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu yang menciptakan sebuah karya sastra semakin hidup.


Majas digunakan secara keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam memberikan pikiran dan perasaan, baik secara ekspresi maupun tertulis.


Majas digunakan dalam penulisan karya sastra, termasuk di dalamnya puisi dan prosa. Umumnya puisi sanggup mempergunakan lebih banyak majas dibandingkan dengan prosa.


 


 pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh imbas √ Majas – Gaya Bahasa – Pengertian, Ciri-Ciri, Jenis, Unsur dan Contoh

Majas – Gaya Bahasa – Pengertian, Ciri-Ciri, Jenis, Unsur dan Contoh


 


Jenis-Jenis Majas


Majas perbandingan




  • Alegori: Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.

    Contoh: Perjalanan hidup insan mirip sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang adakala sulit ditebak kedalamannya, yang rela mendapatkan segala sampah, dan yang pada kesudahannya berhenti saat bertemu dengan laut.






  • Alusio: Mengungkapkan suatu hal dengan kiasan yang mempunyai kesamaan dengan yang telah terjadi sebelumnya.

    Contoh: Megawati berhasil menjadi Kartini modern alasannya yaitu menjadi presiden perempuan pertama di Indonesia.






  • Simile: Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan, umpama, ibarat, dll.

    Contoh: Kau umpama air saya bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban apa saja.






  • Metafora: Gaya Bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain alasannya yaitu mempunyai sifat yang sama atau hampir sama.

    Contoh: Cuaca mendung alasannya yaitu sang raja siang enggan menampakkan diri. Totok itu mirip ananta.






  • Antropomorfisme: Metafora yang memakai kata atau bentuk lain yang bekerjasama dengan insan untuk hal yang bukan manusia.




  • Sinestesia: Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya.

    Contoh: Dengan telaten, Ibu mengendus setiap mangga dalam keranjang dan menentukan yang berbau manis. (Bau: indera penciuman, Manis: indera pengecapan)






  • Antonomasia: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.




  • Aptronim: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.




  • Metonimia: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut.

    Contoh: Karena sering menghisap jarum, beliau terjangkit penyakit paru-paru.(Rokok merek Djarum)






  • Hipokorisme: Penggunaan nama timangan atau kata yang digunakan untuk memperlihatkan relasi karib.

    Contoh: Lama Otok hanya memandangi ikatan bunga biji mata itu, yang membuat Otok kian terkesima.






  • Litotes: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri.

    Contoh: Terimalah kado yang tidak berharga ini sebagai tanda terima kasihku.






  • Hiperbola: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal.

    Contoh: Gedung-gedung perkantoran di kota-kota besar telah mencapai langit.






  • Personifikasi: Pengungkapan dengan memakai sikap insan yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia.

    Contoh: Hembusan angin di tepi pantai membelai rambutku.






  • Depersonifikasi: Pengungkapan dengan menciptakan insan menjadi mempunyai sifat-sifat sesuatu bukan manusia.

    Contoh: Hatinya telah membatu, padahal semua orang sudah berusaha menasihatinya.






  • Pars pro toto: Pengungkapan sebagian dari objek untuk memperlihatkan keseluruhan objek.

    Contoh: Sejak kemarin beliau tidak kelihatan batang hidungnya.






  • Totem pro parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.

    Contoh: Indonesia bertanding voli melawan Thailand.






  • Eufimisme: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa berangasan dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus.

    Contoh: Dimana saya sanggup menemukan kamar kecilnya?






  • Disfemisme: Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya.

    Contoh: Apa kabar, Roni? (Padahal, ia sedang bicara kepada bapaknya sendiri)






  • Fabel: Menyatakan sikap hewan sebagai insan yang sanggup berpikir dan bertutur kata.

    Contoh: Kucing itu berpikir keras, bagaimana cara terbaik untuk menyantap tikus di depannya.






  • Parabel: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.




  • Perifrasa: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.




  • Eponim: Menyebutkan nama seseorang yang mempunyai relasi dengan sifat tertentu yang ingin diungkapkan.

    Contoh: Kami berharap kamu berguru yang ulet semoga menjadi Einstein.






  • Simbolik: Melukiskan sesuatu dengan memakai simbol atau lambang untuk menyatakan maksud.




  • Asosiasi: perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.

    Contoh: Masalahnya rumit, susah mencari jalan keluarnya mirip benang kusut.




 


Majas sindiran




  • Ironi: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang bergotong-royong dan menyampaikan kebalikan dari fakta tersebut.

    Contoh: Suaramu merdu seperti kaset kusut.






  • Sarkasme: Sindiran eksklusif dan kasar.

    Contoh : Kamu tidak sanggup mengerjakan soal yang semudah ini? Dasar otak udang isi kepalamu!






  • Sinisme: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau wangsit bahwa kebaikan terdapat pada insan (lebih berangasan dari ironi).

    Contoh: Kamu kan sudah pintar ? Mengapa harus bertanya kepadaku ?






  • Satire: Ungkapan yang memakai sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.




  • Innuendo: Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.




 


Majas penegasan




  • Apofasis: Penegasan dengan cara seperti menyangkal yang ditegaskan.




  • Pleonasme: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah terperinci atau menambahkan keterangan yang bergotong-royong tidak diperlukan.

    Contoh: Saya naik tangga ke atas.






  • Repetisi: Perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.

    Contoh : Dia niscaya akan datang, dan saya yakin, dia niscaya akan datang ke sini.






  • Pararima: Pengulangan konsonan awal dan selesai dalam kata atau bab kata yang berlainan.




  • Aliterasi: Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.

    Contoh: Dengar daku. Dadaku disapu.






  • Paralelisme: Pengungkapan dengan memakai kata, frasa, atau klausa yang sejajar.




  • Tautologi: Pengulangan kata dengan memakai sinonimnya.




  • Sigmatisme: Pengulangan bunyi “s” untuk imbas tertentu.

    Contoh: Kutulis surat ini kala hujan gerimis. (Salah satu kutipan puisi W.S. Rendra)






  • Antanaklasis: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.




  • Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.

    Contoh: Baik rakyat kecil, kalangan menengah, maupun kalangan atas berbondong-bondong menuju ke TPS untuk memenuhi hak bunyi mereka.






  • Antiklimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.




  • Inversi: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.

    Contoh: Dikejar oleh Anna kupu-kupu itu dengan begitu gembira.






  • Retoris: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.




  • Elipsis: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur tersebut seharusnya ada.




  • Koreksio: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.




  • Polisindenton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.




  • Asindeton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.




  • Interupsi: Ungkapan berupa penyisipan keterangan pelengkap di antara unsur-unsur kalimat.




  • Eksklamasio: Ungkapan dengan memakai kata-kata seru.




  • Enumerasio: Ungkapan penegasan berupa penguraian bab demi bab suatu keseluruhan.




  • Preterito: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.




  • Alonim: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.




  • Kolokasi: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.




  • Silepsis: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis.




  • Zeugma: Silepsi dengan memakai kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.

    Contoh: Perlu saya ingatkan, Kakek saya itu peramah dan juga pemarah.




 


Majas pertentangan




  • Paradoks: Pengungkapan dengan menyatakan 2 hal yang seperti bertentangan, namun bergotong-royong keduanya benar.




  • Oksimoron: Paradoks dalam satu frasa.




  • Antitesis: Pengungkapan dengan memakai kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya.




  • Kontradiksi interminus: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bab sebelumnya.




  • Anakronisme: Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara kejadian dengan waktunya




 


Bacaan Lainnya Yang Dapat Membuat Anda lebih Pintar



 


 pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh imbas √ Majas – Gaya Bahasa – Pengertian, Ciri-Ciri, Jenis, Unsur dan Contoh

Apakah Anda mempunyai sesuatu untuk dijual, disewakan, layanan apa saja yang ditawarkan atau lowongan pekerjaan? Pasang iklan & promosikan jualan atau jasa Anda kini juga! 100% GRATIS di: www.TokoPinter.com


 


 pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh imbas √ Majas – Gaya Bahasa – Pengertian, Ciri-Ciri, Jenis, Unsur dan Contoh

3 Langkah super mudah: tulis iklan Anda, beri foto & terbitkan! semuanya di Toko Pinter


 


Unduh / Download Aplikasi HP Pinter Pandai


Respons “Ohh begitu ya…” akan sering terdengar jikalau Anda memasang applikasi kita!


Siapa bilang mau pandai harus bayar? Aplikasi Ilmu pengetahuan dan gosip yang menciptakan Anda menjadi lebih smart!



Sumber bacaan: WikipediaLiterary Devices


                       


Pinter Pandai “Bersama-Sama Berbagi Ilmu”

Quiz | Matematika | IPA | Geografi & Sejarah | Info Unik | Lainnya








Sumber aciknadzirah.blogspot.com